TUBAN Suksesi Indonesia.com– Peringatan HUT ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia di Desa Punggul, Rengel, Tuban, menyimpan cerita unik yang jarang terjadi di daerah lain. Acara ini diadakan oleh kelompok “Terbang” (Napiter Tambang) yang dipimpin oleh Abu Fida, seorang mantan narapidana terorisme. Mengangkat tema nasionalisme, acara ini menyasar para pegiat tambang di daerah tersebut, sebuah langkah yang jarang dilihat di antara para mantan narapidana dengan sejarah yang kelam.
Sekilas, acara peringatan HUT kemerdekaan di desa kecil ini tampak biasa, dengan hiasan merah putih menghiasi jalanan desa, tenda-tenda berderet, dan warga berkumpul dalam semangat kebersamaan. Namun, ada hal yang lebih dalam dari sekedar perayaan tahunan: upaya membangun kembali nasionalisme di kalangan mereka yang pernah tergelincir ke jalan ekstremisme.
Dari keterangan Abu Fida, pria yang dulu ditakuti sebagai bagian dari jaringan teroris, kini muncul dengan misi baru yang tak kalah menantang. Setelah menjalani hukuman di penjara, ia memutuskan untuk berbalik arah. Melalui kelompok “Terbang”, ia ingin menunjukkan bahwa mantan narapidana teroris bisa berkontribusi positif bagi masyarakat.
“Ini bukan hanya tentang merayakan kemerdekaan, tapi juga memaknai kemerdekaan itu sendiri. Bagi kami yang pernah tersesat, ini adalah kemerdekaan dari pikiran sempit, dari kebencian, dan dari ketakutan,” ujar Abu Fida di sela-sela acara. Dengan latar belakang tambang yang menjadi penggerak ekonomi masyarakat Punggul, Abu Fida menekankan bahwa pekerja tambang harus memahami betul peran mereka dalam pembangunan bangsa.
Para anggota kelompok “Terbang” sebagian besar adalah eks napi yang terlibat dalam jaringan teroris. Meski awalnya skeptis, perlahan masyarakat mulai menerima kehadiran mereka kembali, terutama setelah kelompok ini aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial dan ekonomi desa. Peringatan HUT kemerdekaan ini menjadi puncak dari segala upaya mereka untuk merajut kembali ikatan sosial yang sempat terkoyak.
Peringatan dengan Tujuan Nasionalis : Acara ini bukan sekadar rutinitas simbolis. Di balik lomba-lomba khas 17-an seperti panjat pinang dan tarik tambang, ada dialog kebangsaan yang melibatkan para pegiat tambang. Para pekerja tambang, yang selama ini fokus pada kesejahteraan pribadi, diajak untuk merenung tentang peran mereka dalam kehidupan berbangsa.
“Nasionalisme itu tidak hanya tentang mengibarkan bendera atau meneriakkan semboyan, tapi bagaimana kita bisa berkontribusi kepada negara dalam segala hal yang kita lakukan, termasuk di tambang ini,” ujar Mas Yani salah satu tokoh masyarakat yang hadir dalam acara tersebut.
Dialog ini diisi oleh beberapa mantan napi teroris, yang berbagi kisah perjalanan hidup mereka, mulai dari keterlibatan mereka dalam aksi terorisme hingga kesadaran akan pentingnya nasionalisme. Mereka mengajak para pegiat tambang untuk memahami betapa pentingnya rasa memiliki terhadap bangsa dan negara, serta menanamkan kebanggaan menjadi bagian dari Republik Indonesia.
Dukungan Pemerintah dan Aparat Keamanan : Pihak pemerintah dan aparat keamanan dalam hal ini Intelkam Polres Tuban Jawa Timur setempat turut mendukung acara ini.
“Abu Fida dan teman-temannya berhasil memanfaatkan pengalaman mereka di masa lalu untuk memberikan pelajaran berharga bagi kami semua. Mereka sekarang justru menjadi contoh bahwa setiap orang bisa berubah, dan kontribusi mereka kepada desa ini nyata,” ujar pak Arif dalam wawancaranya.
Dukungan dari aparat keamanan juga terlihat dengan hadirnya beberapa anggota TNI dan Polri yang ikut memantau jalannya acara. Meskipun begitu, suasana tetap kondusif dan jauh dari kesan intimidatif. Kehadiran mereka lebih kepada bentuk penghargaan atas upaya rekonsiliasi yang dilakukan oleh kelompok Abu Fida.
Peran Positif Mantan Napi Teroris : Peringatan HUT ke-79 RI ini menunjukkan bahwa mantan narapidana teroris seperti Abu Fida bisa berperan aktif dalam masyarakat, bahkan mengajak orang lain untuk lebih mencintai negara. Melalui kegiatan ini, ada pesan kuat yang disampaikan: radikalisme dan nasionalisme bisa diatasi dengan pendekatan yang benar, dan kesempatan kedua adalah hal yang harus diberikan.
Acara ini menjadi momentum penting tidak hanya bagi kelompok “Terbang” dan masyarakat Punggul, tapi juga bagi seluruh Indonesia. Ini adalah bukti bahwa nilai-nilai nasionalisme bisa tumbuh di mana saja, bahkan di tempat yang tidak terduga sekalipun. Abu Fida dan kelompoknya berhasil mengubah stigma negatif menjadi potensi positif bagi masyarakat sekitar.
Penutup : Dengan semangat kebersamaan dan harapan untuk masa depan yang lebih baik, peringatan HUT ke-79 RI di Desa Punggul ini memberikan pelajaran berharga: bahwa nasionalisme tidak mengenal latar belakang, dan bahwa setiap warga negara memiliki kesempatan untuk berkontribusi bagi tanah air tercinta. Inisiatif yang dilakukan oleh Abu Fida dan kelompok “Terbang” adalah langkah nyata menuju Indonesia yang lebih inklusif dan toleran. Di tengah gemuruh sorak-sorai lomba, ada harapan baru yang tumbuh untuk Indonesia yang lebih kuat. (tok)
“Artikel Informasi Rilis Nur Alim RI-08”