Suksesi Indonesia.com, OPINI – Indonesia memasuki Zaman Kalatidha yang merupakan zaman egoisme, dimana setiap orang mengejar keinginan mereka sendiri, adil-tidak adil, benar-salah sudah tidak digunakan, perbedaanya tipis. Menggunakan instrumen kekuasaan untuk menuruti nafsu kekuasaan nya,anak,bojo ,mantu,paman tidak ada malu nya membangun dinasty politik .
Penegak keadilan jalan nya miring kata Gusmus ketua KPK tersangka pemerasan ,korupsi sudah menjadi kebutuhan partai politik ,hanya yang pandai bermain sandiwara dan menjadi badut-badut politik yang bisa menghindar dari hukum .
Jaman sudah edan para pejabat korupsi hasil korupsi dipamer pamerkan oleh Anak Istri ,Ada kapolda jualan narkoba,ada komandan satgasus membunuh anak buah nya permainan judi ,pencucian uang ,narkoba menjadi menjadi hidup berlimpa kekayaan tanpa eling semua kemaksiatan ada batas akhir nya .
Selanjutnya adalah zaman Kalabendhu, yang merupakan kelanjutan dari zaman Kalatidha, dimana kondisi terlihat stabil namun tidak didasari dengan kesadaran, tidak sadar bahwa ada sesuatu yang salah, tetapi sudah terlanjur dianggap benar karena sudah terbiasa. Inilah zaman post truht sudah jelas Amandemen UUD 1945 itu salah sebab dikatakan amandemen padahal 97 %UUD 1945 telah diganti .
Jadi UUD 2002 itu salah tetapi diterus terus kan. Bahkan akibat di berlakukan nya UUD 2002 itu berakibat bubar nya negara yang di proklamasikan 17Agustus 1945 dan dengan sendiri nya mencabut Gelar proklamator Soekarno Hatta. Rupanya Megawati,PDIP, masuh mabuk kekuasaan sehingga tidak sadar telah menghapus Gelar Proklamator pada bapak nya Soekarno. Dan tidak ada yang protes sekeras putusan MK yang meloloskan Gibran Rajabuming Raka maju ke Cawapres.
Di zaman ini, justru orang yang bicara benar tentang UUD 1945 kerap dianggap aneh dan kuno ketinggalan zaman, dan sebaliknya, yang mengikuti UUD 2002 yang bertentangan dengan Pancasila justru yang dianggap benar. Orang -orang baik ditampik .
Banyak bapak lupa dengan anak nya, Ada anak membunuh Ibunya dan banyak anak berani melawan Ibu dan menantang bapak
Sesama saudara bertengkar saling melukai karena beda pilihan politik bedah pilihan presiden. Perempuan kehilangan rasa malu, lelaki hilang keperwiraannya jaman LGBT marak di kota kota di Indonesia .
banyak pria tidak memiliki istri menjadi G Banyak wanita tidak setia dengan suaminya perselingkuhan marak.
Banyak ibu menjual anaknya karena tekanan ekonomi maka banyak anak kena stunting gizi buruk. Banyak wanita menjual dirinya melacurkan diri untuk memenuhi kebutuhan hidup dan gengsi nya.
Banyak orang menukar istri atau suaminya akibat rusaknya moralitas dan keimanan. Banyak hujan tidak pada musim nya kerusakan ekosistem akibat tangan tangan manusia sehingga hujan dan panas tidak lagi bisa di prediksi.
Pertarungan politik kehilangan akal sehat nya menghalalkan segala cara ,mebggerakan kekuasaan untuk memaksa kepala desa berpihak pada salah satu capres. Ada juga yang menggunakan polisi untuk memasang bahlio partai tertentu .
Gudel nyusu kebo tanpa berjuang tanpa keringat bisa menjadi ketua partai politik .
Belum memenuhi syarat bisa jadi cawapres ya semua nafsu kekuasaan .
Soekarno mengatakan, jadikan beritaku ini sebagai kesaksian bahwa kekuasaan seseorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanya kekuasaan rakyat. Dan di atas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa,”
Para penganjur dan pejuang yang konsisten kembali pada UUD 1945 ada masanya pada zaman ini orang yang tadinya dianggap aneh dan kuno kemudian didengarkan dan dijadikan panutan, sehingga orang-orang baik pun mulai tumbuh dan semakin banyak, dan akan menjadi bola salju rakyat sadar akan penting nya kembali ke UUD 1945 dan Pancasila , barulah setelah itu memasuki zaman Kasuba.
Zaman Kalasuba adalah masa dimana keadaan mulai stabil, adil dan makmur, kestabilannya tidak hanya pada aspek fisik, tetapi juga non-fisik. Di zaman ini juga akan muncul seorang pemimpin seseorang yang asalnya selalu ingat (sadar) dan waspada. Pemimpin inilah yang kelak akan membimbing kita agar selalu ingat (sadar) dan wasapada, karena jika kesadaran dan kewaspadaan itu hilang, maka akan kembali lagi ke zaman Kalatidha.
Maka dengan kembali ke UUD 1945 dan Pancasila pemilihan pemimpin akan melalui permusyawaratan perwakilan dan atas kedaulatan rakyat itulah rakyat merancang sendiri pembangunan yang dibutuhkan dan dituangkan didalam GBHN . Dan Tegaklah kembali marwa negara Proklamasi 17 Agustus 1945 berdasar pada UUD 1945 dan Pancasila.
Karya Tulis : Prihandoyo Kuswanto, Ketua Pusat Studi Kajian Rumsh Panca Sila