Suksesi Indonesia.com, DIARY POLITIK, Rabo 06/Desember /2023, kegiatan yang di selenggarakan oleh salah satu perguruan tinggi di kota Surabaya dan menurut saya sudah tepat agar membangkitkan semangat adik- adik atau anak- anak mahasiswa- mahasiswi tentang perjuangan dan pengorbanan para pahlawan yang telah memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Dengan harapan mahasiswa- mahasiswi tidak hanya mengenyam pendidikan saja di perguruan tinggi tetapi dapat mengekspresikan dan mengimplementasikan di dalam menyikapi segala permasalahan terkait situasi kondisi bangsa dan negara saat ini.
Sekitar pukul 11.00 wib tiba di lokasi di iringi terik mentari dan membuat diri untuk mencari tempat berteduh sambil menghisap sebatang rokok dengan berdiri di halaman perguruan tinggi menyimak dari para pembicara di atas panggung yang rata- rata anak- anak muda seusia anak saya. Detik berputar dan waktupun berjalan dengan teratur tetapi pada saat kurang lebih menit ke- 20 tersentak ketika mendengar dari seseorang yang tidak saya kenal dengan lantang di dalam sambutan atau pidatonya mengatakan ” Pilih G dan M ” secara reflek dihentikan oleh adik- adik atau anak- anak mahasiswa.
Timbul rasa penasaran dan keingintahuan saya siapakah orang itu ???. Dalam benak muncul asumsi, apakah ini sudah di setting sedemikian rupa atau rangkaian yang telah di susun menjadi suatu skenario agar buram???. Menyaksikan semua itu membuat berkurang dan patahnya semangat untuk mengikuti kegiatan yang di bingkai dengan tema “Selamatkan Demokrasi” Beranjak mencari jalan pergi karena hati tersakiti padahal sudah membulatkan tekad meski sekadar mengingat masa lalu di era orde baru penuh perlawanan dan tidak sedikit yang di jebloskan ke penjara beraneka penculikan dan pembunuhan dilakukan rezim kondisi terkekang.
Tak begitu lama meninggalkan perguruan tinggi dan menuju tempat parkiran ternyata langit masih biru saya bergumam, ” Dari sekian banyak jumlah politikus, bandit dan badut telah berhasil mengobok- obok generasi penerus melalui kegiatan kemahasiswaan di berikan kemudahan merekrut dan menggunakan fasilitas kampus yang di rancang.
Berkembang berisi marah bahkan amarah dan bongkahan batu pertanyaan mengapa di dalam kampus di sajikan ketimun, buah pepaya, buah nanas, buah mangga, buah kedondong dan tidak ketinggalan jambu monyet???, Apakah mahasiswa- mahasiswi akan di jadikan monyet???, Lantas siapa gerangan yang menyediakan bumbu agar terkesan kabur nuansa politisnya.
Meski tidak jelas tetapi arah telah mengulas ternyata dukungan ke salah satu paslon presiden dan wakil presiden. Dari riang menjadi sedih memperhatikan peran mahasiswa- mahasiswi reformasi kerap bergulir tidak seperti mahasiswa-mahasiswi di era orde baru. Apakah suara dan nyanyian protes beserta puisi- puisi yang telah di suguhkan seperti sambal terasi yang tidak berasa ? Atau benarkah sengaja tersandera agar tidak berkutik di dalam mengkritik.
Apakah UU ITE berlaku untuk seluruh partai kontestan di dalam berkampanye.
Dari kegiatan yang di selenggarakan oleh salah satu perguruan tinggi di kota Surabaya apakah berisi muatan pesanan, Jika betul maka lontaran kritik dan berbagai ekspresi yang telah di atraksikan melakukan perlawanan terhadap rezim oleh sejumlah mahasiswa- mahasiswi hanya bersifat anomali dan kamuflase atau kepura- puraan apalagi di dukung oleh beberapa orang yang dianggap tokoh dengan wajah bertopeng.
Mungkinkah berlanjut di perguruan tinggi lainnya.
Rezim akan berganti tercipta lagi tema- tema apakah mengebiri jutaan rakyat. Tiap hari terutama rakyat miskin telah di sibukkan mencari sesuap nasi dan kategori rakyat menengah mencari nafkah susah payah menyisihkan uang untuk menabung di bank demi masa depan dan hari tua tetapi tidak di sadari bahwa lebih dari dua dekade ini di sisi lain benarkah di kelola dan di putar oleh korporasi kera putih dan konglomerat.
Apakah profesi dan jabatan telah di compang- campingkan demi ambisi, ke angkara murkaan dan menghabisi nilai moral dari ideologi yang telah di sepakati oleh pendiri bangsa dan negara ini.
Mengutip melalui channel you tube wawancara bersama rekan atau kawan saya bahwa selama konstitusi asli tidak di kembalikan ke jati diri bangsa dan negara ini maka : Apakah penindasan dan kemiskinan berangsur terjadi ? Apakah kehancuran bangsa dan negara ini pasti tidak lama lagi terjadi.
Dan betulkah bangsa dan negara ini sebentar lagi bubar. Habis separuh bungkus menghisap rokok sesaat menyeruput kopi sachet saya duduk di atas bangku yang terbuat dari kayu dengan mengetik atau menulis bercerita tentang kegiatan yang berlangsung di perguruan tinggi di kota Surabaya ini.
Hampir 20 tahun mungkin lebih kita masih mencari sepertinya tidak menemukan kemerdekaan yang sejati dan sesungguhnya. Semestinya mudah jika seluruh rakyat tidak memakan rujak manis kupasan buah dari para penjilat, pecundang dan pengkhianat bangsa dan negara ini.
Salam Penulis Cak Eko Gagak “Satu Suara Publik” Desember 2023 – Jilid Satu